TERATAS MINGGU INI

BERITA TERKAIT

[Prebunking] Awas Termakan Hoaks Pasca Coblosan!


Malang Posco Media – Jelang pemungutan suara pada 14 Februari 2024, hoax politik meningkat tajam. Seperti rilis dari  Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) yang menemukan 2.330 hoaks selama tahun 2023 dengan hoaks politik sebanyak 1.292, dengan 645 di antaranya adalah hoaks terkait Pemilu 2024. Jumlah hoaks politik itu dua kali lipat lebih banyak dibandingkan hoaks sejenis pada musim Pemilu 2019 sebanyak 644. Berikut link beritanya:  https://mafindo.or.id/2024/02/02/siaran-pers-mafindo-hoaks-politik-meningkat-tajam-jelang-pemilu-2024-ganggu-demokrasi-indonesia/

Kondisi yang sama juga terjadi pada Pemilu 2019, jelang coblosan jumlah hoaks juga meningkat. Seperti disampaikan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat, menjelang hari pencoblosan 17 April 2019, jumlah hoaks, kabar bohong, berita palsu dan ujaran kebencian yang beredar di masyarakat terus meningkat. Demikian informasi tersebut dilansir dari https://news.solopos.com/jelang-coblosan-hoaks-makin-merajalela-982411

Selain itu, perlu lebih ditingkatkan kewaspadaan pasca coblosan. Lantaran diperkirakan, hoaks pasca coblosan bakal meningkat tajam. Seperti disampaikan Ketua Presidium Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho.

“Isu kecurangan pemilu harus disikapi dengan sangat serius oleh penyelenggara pemilu. Karena isu ini yang diprediksi meningkat tajam setelah hari-H (14 Februari 2024), dan berpotensi membuat orang menolak hasil pemilu dan memantik keonaran. Kami sudah menemukan beberapa konten hoaks yang mendelegitimasi penyelenggaraan pemilu seperti hoaks mobilisasi ODGJ (orang dengan gangguan jiwa), hoaks sistem teknologi informasi (TI) KPU, dan isu keberpihakan penyelenggara pemilu,” jelasnya.

Seperti halnya yang terjadi pada Pemilu 2019, juga terjadi peningkatan hoaks usai pencoblosan. Mengutip joglosemarnews.com, tak tanggung-tanggung,  konten yang bernada provokasi tersebut meningkat hingga 40 persen usai coblosan di Pemilu 2019. Berikut link beritanya https://joglosemarnews.com/2019/04/konten-berita-hoax-meningkat-40-persen-usai-coblosan/

Mengutip sumber lain yaitu Tempo.co pada Pemilu 2019 disebutkan hoaks pasca coblosan melonjak. Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri saat itu, Inspektur Jenderal Mohammad Iqbal, menyatakan bahwa Polri akan menindak tegas segala bentuk berita bohong atau hoaks yang diembuskan pasca pencoblosan Pemilu 2019. Ini link beritanya https://nasional.tempo.co/read/1197375/hoax-pasca-coblosan-pemilu-melonjak-beberapa-sedang-diselidiki

Peningkatan hoaks pasca coblosan ini berpotensi berulang pada Pemilu 2024, untuk itu masyarakat jangan mudah termakan provokasi berita hoaks. Khususnya hoaks yang sengaja digunakan sebagai alat untuk merusak keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Memancing provokasi dengan narasi berita maupun video yang tidak benar.

Perlu diingat, hoaks atau informasi salah, berita palsu dan kabar bohong itu banyak macamnya. Ada yang modelnya parodi atau lucu-lucuan, ada konten menyesatkan, konten asli tapi palsu, konten yang tidak nyambung, konten yang dimanipulasi serta konten dengan konteks yang salah.

Seringnya para pembuat hoaks itu mencuri konten dari web lain yang informasinya diolah sedemikian rupa, lalu dimanipulasi. Foto dan narasinya dibuat berbeda, video biasanya ditambahkan narasi berbeda, mengubah judul dan foto. Biasanya dishare dengan menggunakan akun palsu dan pakai foto orang lain.

Jika menemui konten atau informasi yang mencurigakan, maka baiknya lakukan cek fakta. Misal konten dibagikan dari sebuah web, maka cek alamat medianya, cek detail visual medianya, bisa juga cek about us medianya. Sedikit banyak akan diketahui kredibilitas informasi dari web tersebut.

Lakukan cek foto dan video dengan memeriksanya di Google. Waspada dengan judul-judul sensasional, bisa dicek atau dibandingkan dengan media mainstream yang ada. Bisa juga cek informasi yang meragukan tersebut di cekfakta.malangposcomedia.id, cekfakta.com atau turnbackhoax.id.

Informasi yang diterima, kalau pun itu benar, namun tidak bermanfaat, sebaiknya tak perlu dibagikan. Apalagi informasi yang tidak jelas kebenarannya, atau bahkan diketahui informasinya adalah salah, alangkah bagusnya, tidak dishare. Ingat, selalu cek fakta. Saring sebelum sharing! (bua)